Sunday, 23 October 2016

Muslim bersatu jadi kuat

Islam perintah agar bersatu dan saling membantu kerana persaudaraan seiman lebih erat daripada ikatan sedarah. Itulah menjadi pangkal kekuatan kaum muslimin turut merasai penderitaan saudaranya dan menghulurkan tangan membantu sebelum diminta yang bukan didasarkan atas “take and give” tetapi berdasarkan Ilahi.

Ada hadis bermaksud: “Persaudaraan orang-orang mukmin dalam menjalin cinta kasih sayang di antara mereka seperti satu badan. Sewaktu ada anggota tubuh yang sakit, maka meratalah rasa sakit tersebut ke seluruh anggota tubuh, hingga tidak boleh tidur dan terasa panas.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya umat Islam yang beriman itu bersaudara, kerana persaudaraan merupakan anugerah yang agung dan mahal dari Allah SWT. Dan ini merupakan nikmat dari Allah SWT kepada para hamba-Nya yang mukmin.

Perkara ini ditegaskan firman-Nya bermaksud: “Dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (pada masa Jahiliyah) saling bermusuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, sehingga dengan kurnia-Nya kamu menjadi bersaudara. Dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian dari padanya.” (Surah Ali Imran, ayat 103)

Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau bersaudara ialah persamaan akidah. Ini telah dibuktikan oleh bangsa Arab yang mana sebelum Islam datang mereka sering berperang dan bercerai-berai tetapi setelah mereka menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir maupun batin, merka dapat bersatu.

Dari Ibnu Masud, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Mencaci-maki orang Islam berarti menyalahi agama (fasik), sedangkan memerangi orang Islam berarti kafir.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Disebutkan dalam hadis lain, dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda yang bermaksud: “Orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik budi pekertinya, yang lembut perangainya lagi murah hati iaitu mereka yang ramah lagi simpati.”(Hadis Riwayat Tabrani)

Dari kedua hadis di atas, apa yang difahami ialah larangan bagi seorang mukmin caci-mencaci apalagi sampai saling bunuh-membunuh sesama saudaranya. Sikap saling mencaci sesama muslim membawa kepada fasik dan apabila sampai membunuh saudara sesama muslim bererti kafirlah dia.

Selain itu, makna yang tersirat dari hadis di atas adalah tentang tanggungjawab seorang muslim kepada saudaranya yang lain agar kita mendapat cinta Allah SWT dan rasul-Nya.  

Amat jelas kewajiban seseorang muslim adalah saling mencintai, membantu, bersikap peduli dan juga mengasihi saudara seagamanya. Kisah-kisah para sahabat yang rela berkorban dan berjuang untuk para sahabat yang lainnya, semestinya itu menjadi contoh teladan kepada generasi muslim.

Kemudian daripada itu, agar caci-mencaci sesama umat muslim tidak terjadi atau setidaknya dikurangkan, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan. 

Pertama, memohon kepada Allah SWT agar menghilangkan segala prasangka di hati terhadap sesama muslim lainnya. Kedua, jangan putuskan silaaturrahim. Ketiga, saling berkirim kabar atau nasihat-menasihati walau hanya melalui alam maya. Keempat, jangan segan untuk bantu-membantu sesama muslim.

Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Barangsiapa berbuat zalim sekalipun hanya sejengkal tanah, pasti akan dibelenggu hingga tujuh petala bumi.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

No comments:

Post a Comment